MOTIF RAGAM HIAS DARI BERBAGAI DAERAH
MOTIF
RAGAM HIAS DARI BERBAGAI DAERAH
1. Motif
Ragam Hias Padjajaran
Motif ragam hias Padjajaran berbentuk ukel dari daun
pakis dan bentuknya serba bulat. Bentuk ukel seperti tanda koma, Angkupnya
berbentuk bulat juga. Ujung ukel berbentuk patran miring. Motif ragam hias
padjajaran ini dapat dilihat di Makam Sunan Gunung Jati, pada suatu bangsal
dari kayu berukir.
Beberapa bagian dari motif ragam hias padjajaran:
· Cembung
· Angkup
· Culo
· Endong
· Simbar
· Benangan
· Pecahan
2. Motif
Ragam Hias Majapahit
Ragam hias Majapahit berbentuk bulatan dan krawingan
(cekung) dan terdiri dari ujung ukel dan daun – daun waru maupun pakis. Dalam
raga mini patran dau diwujudkan krawing (cekung). Bentuk ragam hias majapahit
untuk ragam pokok berbentuk seperti tanda tanya. Ragam-ragam ini terdapat pada
bekas-bekas potongan batu yang hanya sedikit dan pada potongan kayu yang sudah
rusak. Ragam majapahit diketemukan oleh Ir. H. Maclaine Pont, seorang pejabat
pada Museum Trowulan dan juga dapat dilihat pada tiang pendopo Masjid Demak.
Menurut sejarah tiang tersebut merupakan benda peninggalan kerajaan Majapahit
yang dibawa oleh Raden Patah.
Bagian-bagiannya antara lain adalah campuran cekung
dan cembung, angkup, jambul, trubusan, benangan, simbar, dan pecahan.
3. Motif
Ragam Hias Bali
Motif ragam hias bali hampir sama dengan motif ragam
hias padjajaran. Bedanya terletak pada ujung ukel dihiasi dengan sehelai
patran. Jadi ukel besar, kecil, bulat cekung, pecahan, ada pula daun yang
runcing. Ragam hias Bali oleh orang Bali dinamakan Patre Punggel. Ragam ini
dapat dilihat di pura sebagai hiasan pintu masuk. Juga di kota-kota besar yang
sudah banyak didapatkan patung-patung Bali Klasik.
Pokok dan dasar motif hias Bali
· Campuran
cekung dan cembung serta campuran daun yang besar/tanggung
· Pokok
daun
· Angkup
· Benangan
· Sunggar
· Endong
· Trubusan
· Simbar
· Pecahan
4. Motif
Ragam Hias Mataram
Motif ragam hias Mataram ini jika ditinjau dari gambar
ukir, berasal dari pakaian wayang purwa. Bentuknya mirip cawenan-cawenan
pakaian wayang. Dapat disimpulkan ukiran motif mataram mengambil motif ukiran
wayang purwa Kerajaan Demak. Sebab, menurut sejarah, pada waktu kerajaan Demak
mengalami masa surut, wayang dibawa pula ke Kerajaan Mataram. Dalam
pelaksanaannya, motif Mataram berbentuk krawingan.
Pokok dan dasar motif hias Mataram:
· Bagian
pokoknya berbentuk krawingan atau cekung, bagian muka dan atas memakai ulir
atau polos dan ada pula daun yang menelungkup.
· Benangan
· Trubusan
· Pecahan
5. Motif
Ragam Hias Jepara
Ragam hias Jepara dikembangkan oleh penduduk Jepara,
untuk perhiasan rumah tangga didaerah itu sendiri. Juga diperdagangkan ke Luar
Negeri. Ragam hias terseut dari Ukiran kayu; misalnya alat-alat rumah tangga,
berupa peti untuk menyimpan barang-barang perhiasan, kursi tamu, almari,
buffet, toilet dan lain-lainnya. Untuk keperluan rumah tangga misalnya, gebyok
yakni dinding antara serambi rumah dengan ruang peringgitan (ruang muka) yang
sering terdapat disekitar daerah Jepara dan Kudus. Peninggalan pertama yang
masih dapat kita lihat yaitu hiasan ornamen yang ada di Makam Mantingan Jepara.
Pokok dan dasar ragam hias Jepara, garis besarnya
berbentuk prisma segitiga yang melingkar-lingkar dan dari penghabisan lingkaran
berpecah-pecah menjadi beberapa helai daun, menuju kelingkaran gagang atau
pokok dan bercawenan seirama dengan ragam tersebut; buah; pecahan; dan lemahan.
6. Motif
Ragam Hias Madura
Motif ragam hias Madura mempunyai corak tersendiri,
bentuk daunnya agak kaku, biasanya untuk perhiasan kamar. Ragam hia ini
diwujudkan berlapis (bersusun), daun yang ada disebelah muka terpisah dengan
daun di belakang, tapi merupakn satu rangkaian. Motif Madura diciptakan oleh
para ahli seni di daerah itu sendiri tidak mencontoh motif dari daerah lain.
Motif tersebut tidak diperdagangkan seperti ukiran dari daerah Jepara yang
merupakan sumber penghidupan rakyat setempat. Akan tetapi kita juga dapat
melihat motif ukiran madura itu di gedung Museum Pusat (Museum Gajah) Jakarta.
Sebagai contoh diberikan perhiasan melengkung diatas sebuah pintu yang pada
waktu itu dipersembahkan penduduk kepada Gubernur Jendral De Greaff dan sesudah
beliau kembali ke negeri Belanda, barang tersebut dipasang pada salah sebuah
pintu di museum.
Pokok dan dasar ragam hias madura adalah: raga mini
mengubah patran yang diselingi dengan isian bunga, buah, daunnya melengkung
membentuk tanda tanya dan bentuk daunnya cekung (krawing); Pecahan; dan
Benangan.
7. Motif
Ragam Hias Cirebon
Di kota Cirebon dan sekitarnya terdapat seni ukir kayu
yang mempunyai gaya tersendiri. Pada dasarnya motif ragam hias tersebut dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu ragam hias awan, bukit batu karang, dan
motif tumbuh-tumbuhan. Masing-masing mempunyai ciri khas yang menunjukkan
perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Ragam hias awan diketahui
dengan adanya garis sudut-menyudut yang terpajang dari pilin berupa belah ketupat
yang letaknya mendatar. Pada rangkaian belah ketupat tidak terdapat rangkaian
tanaman dan dapat juga diketahui dari cara meletakkannya. Ragam hias batu
karang yang menjalar pada pilin –pilin seperti belah ketupat yang berantai,
bagian pinggir bergelombang dan sudutnya dibulatkan. Garis sudut menyudut yang
terpajang belah ketupat berdiri tegak.
Adapun ragam hias cirebon yang bentuknya merupakan
gubahan bentuk hampir sama dengan motif Padjajaran. Begitu pula bentuk timbul
cekungnya meneunjukkan perbedaan yang jelas sekali. Gambar orang dan binatang
menurut ragam hias Cirebon sering dilukiskan dalam bentuk ragam hias tanaman.
Selain ragam cirebon yang diwujudkan dengan suluran kembang bakung, banyak juga
ragam hias lain dengan motif Pohon Hayat.
8. Motif
Ragam Hias Pekalongan
Motif Pekalongan termasuk seni ukir yang tidak kalah
dengan motif yang lain dan mempunyai corak tersendiri, juga mempunyai bunga dan
buah seperti bakung. Ukiran ini kurang dikenal, sebab tidak dikembangkan atau
tidak diperdagangkan penduduk setempat, hanya dipergunakan untuk perhiasan
rumah tangga. Karena Pekalongan terkenal dengan batiknya, maka batik inilah
yang dikembangkan oleh penduduk dikota tersebut.
Pokok dan dasar motifnya adalah mirip dengan motif
Padjajaran, memiliki angkup dan benangan.
9. Motif
Ragam Hias Surakarta
Motif ragam hias Surakarta mengambil gubahan patrari
dan ukel pakis yang sedang menjalar dengan bebas berbentuk cembung dan cekung,
yang dilengkapi dengan buah dan bunga. Hasil seni merupakan pembawaan dan watak
penciptaan pengaruh alam sekitarnya.
Pada umumnya penduduk Surakarta gemar akan gerak irama
yang bebas namun tetap memenuhi syarat komposisi. Seolah-olah ada keseragaman
hidup masyarakat Surakarta dengan aliran Bengawan Solo. Ragam hias ini masih
banyak terdapat disekitar Kraton Solo, di Museum Radya Pustaka dan di tebeng
Langse Makam Pujangga Ronggo Warsito di desa Plalar Klaten, diambil juga
gubahan daun bakung dan kangkung.
Pokok motifnya adalah mirip motif campuran antara
ragam hias Jepara dan Pekalongan yang berbentuk cembung dan cekung serta
runcing dan bulat; mempunyai angkup, benangan dan pecahan.
10. Motif
Ragam Hias Yogyakarta
Motif ragam hias Yogyakarta mengambil gubahan
sulur-sulur yang berbentuk pilin tegar. Sulur bunga sebetulnya akar gantung,
melilit menyerupai tali yang bergelombang. Pada jarak-jarak ada tertentu dari
buku-buku dari sinilah selalu tumbuh keluar tangkai daun, yang berbentuk
seperti pilin. Pilin-pilin ini mengikal kekanan dan kekiri berganti-ganti. Pada
ujung tiap-tiap tangkai daun, ada buah dan bunganya. Daun-daun yang menempel
pada tangkainya, mengikal berlawanan arah. Penjelasan ini diberikan oleh Dr.
Brandes.
Ragam hias tersebut banyak digunakan pada
hiasan-hiasan aluminium, perak, emas dari barang-barang kerajinan yang
dihasilkan oleh penduduk Yogyakarta, misalnya: alat-alat seperti sendok, asbak,
kerangka/sarung keris, gong, bejana, cerana, dll.
Pokok motif ini diambil dari gubahan sulur yang
berbentuk pilih yang tegar, bertangkai bulat; mempunyai daun yang mengikal
berlawanan, mempunyai pecahan dan angkup.